BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 03 Juli 2010

Ssstt... Zina hati di dunia maya... Astagfirullah...

Ditulis oleh: Foezi Citra Cuaca Elmart pada Renungan

Tagged in: Untagged 
Foezi Citra Cuaca Elmart
Originally created by Fu
Ini adalah tentang sebuah kisah. Bukan bermaksud untuk menyebar sebuah kabar, ataupun hanya sekadar memamerkan kisah pribadi tanpa elegi, hanya berharap semoga teman-teman semua bisa mengambil hikmah meski hanya secuil cerita yang terpapar disini. Jangan komentari panjang pendeknya catatan ataupun salah tidaknya rangkaian kata, karena saya pun masih belajar untuk menulis sebuah cerita.

Bagi setiap manusia yang sewajarnya sensitif bila berkenaan pada rasa, menjaga hati adalah suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Apalagi untuk orang yang mempunyai prinsip kuat untuk menjaga izzah sesuai tuntunan Sang Maha Cinta pada ayat-ayat suci-Nya, itu bukan hal yang mudah. Banyak peristiwa datang silih berganti hingga aku menjadi seperti sekarang ini. Tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan ikhwan _pacaran_, belajar berkomitmen untuk menjaga aurat secara utuh, berusaha istiqomah untuk menjadi pribadi yang semakin lebih baik lagi, mencoba tetap kukuh menghindarai hal-hal di luar jalan lurus-Nya (meski sampai saat ini masih saja sering kali berbelok dari arus). Semua itu tentunya tidak kujalani secara instan, namun butuh waktu dan proses yang cukup panjang. Mulai dari membatasi berbalas sms dengan teman laki-laki, membersihkan hati untuk tidak menaruh hati pada lawan jenis, mencoba hanya berorientasi pada Dia dan cinta-Nya saja, dan semua penyakit hati yang sering kali menggerogoti aku sebagai wanita yang lemah ini.
Namun seperti yang pernah kuungkapkan di salah satu updatean statusku : “Aku pun manusia yang sewajarnya sangat sensitif terhadap "Rasa". Aku pun berhak untuk mencinta. Namun, bila ku harus memilih, lebih baik kupilih sedikit tersiksa memendamnya hingga tiba waktunya bahagia, daripada aku sedikit bahagia memaksa menjalaninya namun terlarang dan berujung siksa. Astagfirullah...”
Dalam kelemahan hati dan perasaanku akhirnya “cerita” itu dimulai dari sebuah link yang disharekan di wall-ku oleh salah satu ukhti sahabat baikku. Aku heran pada judul link yang di share-kan oleh sahabat baikku itu, yaitu “Tentang Pagi…^^”. Saat aku mencoba membukanya, ternyata itu adalah sebuah notes yang ditulis seorang ikhwan. Intinya di bagian awal ia mengatakan bahwa ia baru saja melihat profil seorang penulis muda. Aku sempat bertanya-tanya kenapa ukhti sahabatku menyuruhku untuk membaca notes itu, namun setelah dari baris ke baris hingga menuju inti tulisan dalam notes itu, secara otomatis air mataku mengalir begitu saja, tak bisa berhenti. Tulisan yang kubaca itu tidak lain dan tidak bukan adalah tulisan tentangku, yaitu “about me” profilku. Astagfirullah… seketika itu juga sedih dan haru menyelimuti diriku. Bukan…bukan karena aku bangga, sama sekali bukan karena aku bangga. Namun, justru aku mempermasalahkan bahwa “penilaiannya” dan teman-temannya yang berkomentar itu adalah salah. Mereka tidak mengetahui bagaimana pribadiku yang sebenarnya. Itu hanyalah tulisan, hanya tulisan, bukan berarti aku yang sebenarnya. Bagaimana sifat-sifatku sebenarnya hanyalah keluarga dan teman-teman dekatku saja yang mengetahuinya, dan yang lebih tahu mengenaiku yang sebenarnya sampai ke isi-isi hatinya hanya Allah-ku saja, hanya Allahku, tidak ada yang lain. Sesungguhnya jikalau aku terlihat begitu baik, itu hanya karena Allah yang telah menutupi aib-aibku.
Aku ingat pesan ukhti sahabatku itu untuk menyapa orang yang bersangkutan, dan aku katakana lewat message bahwa aku tidak berani menyapanya, terlebih lagi karena dia adalah seorang ikhwan. Sejak saat itu aku melupakannya, tidak mengingat-ingat tentang hal itu lagi, bahkan tidak menambahkannya sebagai teman sama sekali, karena aku tidak berani.
Suatu waktu beberapa minggu setelah itu, aku memposting sebuah tulisan di “notes”-ku. Tiba-tiba tak beberapa lama aku posting, ada sebuah pesan masuk ke inbox situsku. Pesan itu dari dia, ikhwan yang menulis notes “tentang pagi ^^”. Aku sempat bingung harus membalas apa, namun karena ternyata orangnya ramah, aku balas seperti biasanya saja, sama halnya bila aku membalas pesan atau chatting teman-teman dunia mayaku. Akhirnya kami terlibat diskusi dalam inbox. Namun diskusi itu hanya dalam hitungan beberapa pesan saja, tidak banyak, kemudian ia meng-add profilku, setelah itu dia menghilang dan tak pernah menyapaku sama sekali. Aku berpikir positif bahwa mungkin ia berpikiran sama denganku, yaitu bagaimanapun hubungan seorang ikhwan dan akhwat itu sangat rentan dan sensitif. Namun yang pasti, ia selalu menjadi jalan dari petunjuk Allah melalui tulisan hikmah, video islam, serta link bertajuk islam dan hikmah yang ia share-kan padaku, tanpa pernah menyapaku sama sekali. Aku menganggapnya sebagai salah seorang saudara sesama muslim yang Allah kirimkan untuk memberi hikmah-hikmah Illahiah padaku yang rentan futur ini, Astagfirullah…
Aku tidak terlalu tahu banyak tentangnya, bahkan fotonya pun tidak pernah aku lihat sama sekali. Namun disadari atau tidak, justru kekaguman itu hadir sendiri dari lubuk hati ini. Dia yang tertutup, misterius, tidak suka popularitas, sederhana dan ramah itu telah membuatku kagum. Hanya kagum, tidak lebih dari itu. Tapi bukankah hati itu sangat sensitif yang bisa terenyuh begitu saja oleh bisikan setan yang memanfaatkan keadaan? Wallahualam…
Hari ini aku berkesempatan untuk chat dengannya melalui Yahoo Messenger., untuk pertama kalinya _mungkin untuk yang terakhir kali_. Entahlah, namun mungkin ini sudah menjadi salah satu skenario Allah dalam hidupku. Aku menyapanya pertama kali, lalu dia membalas secukupnya, aku bertanya lagi, dia membalas, seterusnya selalu aku yang bertanya dan dia hanya membalas. Awalnya niatku hanya ingin silaturahmi dan sekadar bersikap ramah saja, namun benar kata orang bahwa “niat seseorang tidak pernah ada yang tahu, serta tak selamanya orang mengerti pada niat yang kita jalani”, ada sesuatu yang aneh pada obrolan itu. Akhirnya aku putuskan untuk mengakhiri pembicaraan.
Aku: “Saya off duluan Kang, soalnya dari tadi saya terus yang nanya.”
Saat aku akan meng-close YM, tiba-tiba ada pesan darinya, yang bila dalam permainan catur telah men-skak matt-ku.
Dia: “Afwan, bukannya tidak mau bertanya, takut terjadi KHALWAT”
Astagfirullah… Astagfirullah… Astagfirullah… Inilah salah satu petunjuk Allah lagi. Allah memberikan hikmah-Nya padaku melalui ikhwan saudara muslim itu. Astagfirullah… Betapa selama ini aku bersilaturahmi melalui dunia maya sesama saudara muslim sesuai dengan style-ku. Tidak ada maksud apa-apa, hanya mencoba bersikap ramah pada orang yang menyapaku, bahkan itu pun sudah aku pilih-pilih benar dari segi siapa orangnya, apa perkataannya, batasan pembicaraannya dan segalanya.
Namun sekali lagi, hubungan antara ikhwan dan akhwat itu sangatlah sensitif. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa jalinan hubungan itu bisa saja menjadi media setan untuk menggencarkan aksinya dalam menyebar virus, menggerogoti hati, hingga kita jauh dari hukum dan norma agama, bahkan bisa menjauhkan niat kita yang sebenarnya, dari Allah beralih pada hal duniawi. Astagfirullah….
Karena peristiwa itu, mulai dari sekarang aku akan semakin menjaga batasan hubungan dengan ikhwan, terlebih di dunia maya, karena di dunia nyata Alhamdulillah aku sangat jarang sekali berinteraksi dengan makhluk Allah yang merupakan keturunan nabi Adam itu. Bukan… bukan karena ikhwan itu, bukan untuk ikhwan itu. Tapi untuk menjaga diri terutama izzahku bagi Allah, keluarga, dan dia, dia yang Allah takdirkan untukku. Cukuplah ia saja satu-satunya ikhwan yang akan bercengkrama denganku, mau selama atau seterbuka apapun itu.
Mungkin saja selama ini telah banyak perkataan, pembicaraan, foto, sikap dan segala yang pernah kulakukan itu telah mengotori hati dan menjadikan fitnah. Astagfirullah… astagfirullah… astagfirullah… Semoga Allah mengampuni dosaku itu, dan semoga berkah dan karunia-Nya selalu tercurah pada ikhwan sahabat maya-ku itu.
Aku jadi ingat hadits yang sering kali membuatku miris dan? merinding seraya berucap istigfar.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki zinanya adalah berjalan dan zinanya hati adalah berhasrat dan berangan-angan dan hal tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya.” (Hadits Shahih, Riwayat Bukhari-Muslim)
Untukmu yang merasa ikhwah dan telah terjaga dari zina fisik (raga), sudahkah terhindar dari zina hati?
Bagaimana denganmu sahabatku?
Astagfirullah…
Terserahmu menilai apapun tentang kisah ini. Semoga dapat menjadi bahan pemikiran otak kita tatkala berada dalam tahap irasional, yang membenarkan segala hal karena teori RELATIFITAS dan MAYORITAS.
Lembang, 210610

0 komentar: